Chesee Stick Beromzet 6 Juta
Chesee Stick Beromzet 6 Juta
Makanan ringan seperti cheese stick mungkin sering kita jumpai di warung penjual makanan ringan. Chesee stick menjadi salah satu cemilan paling banyak dicari bagi para penikmatnya. Bukan hanya rasanya yang renyah dan gurih, namun cemilan ini sangat cocok menemani disaat berkumpul bersama teman atau keluarga. Melihat hal ini, Nurwanto asal Sukabumi tertarik terjun di dunia bisnis makanan ringan cheese stick. Berawal dengan coba-coba dengan bermodalkan Rp 100.000, tak disangka kini omzetnya melejit hingga Rp 6.000.000 per bulan.
Nurwanto mulai menjalankan bisnis cheese stick baru pada tahun 2011. Diberi nama Narnia yaitu gabungan antara nama dirinya yaitu Narwoto dan juga sang istri Nia. Semula ia dan istri merasa heran mengapa cheese stick yang dijual di warung dekat rumahnya ini sangat laku terjual. Ia sempat mencicipi makanan ringan berbahan dasar tepung ini dengan ditemani saus sambal. Ia merasa ketagihan dan berfikir mengapa hanya dengan rasa daun jeruk saja bisa nikmat? Bagaimana kalau saya membuat rasa lain? Dari sanalah ide berbisnis kedua pasangan ini timbul. Sebenarnya Narwoto sudah memiliki warung nasi dan kopi sebagai usaha di halaman rumahnya. Tetapi karena usaha tersebut dianggap hanya jalan di tempat, Bapak dua anak ini mulai beralih ke cheese stick karena diangkap memiliki potensi bisnis yang lebih berkembang. Cheese stick Narnia ini memiliki dua aneka rasa yaitu keju dan bawang.
Sebagai permulaan, Narwanto hanya memproduksi cheese stick bersama sang istri. Berada di rumah sederhana, Jl. Anggur Raya Blok H III No.5, Pondok Sukatani Permai, Tapos Depok. Dalam satu hari ia hanya dapat memproduksi 1 karung cheese stick dan memakan waktu hingga 16 jam. Mereka hanya menggunakan alat manual seadanya sehingga waktu yang diperlukan cukup lama. Mendapatkan informasi dari bos tempat ia bekerja bahwa Maksindo memproduksi berbagai jenis mesin untuk aneka usaha. Lalu, Narwoto menelusuri mesin yang ditawarkan Maksindo dari internet. Mesin Cetak Mie tipe MJ.180 dari Toko Mesin Maksindo menjadi pilihannya. Meski menggunakan mesin pembuat mie, adonan cheese stick pun juga bisa dibuat.
Untuk urusan produksi kini dalam waktu 12 jam saja Narwoto dan istri bisa menghasilkan 3 karung cheese stick. Dahulu dalam 2 hari, Narwoto baru bisa menjual cemilan ringannya tersebut ke pasaran. Sekarang, dalam waktu 1 hari ia sudah bisa keliling mengantarkan pesanan cheese stick buatannya. Narwoto dan istrinya kini sudah tidak memproduksi bisnisnya tersebut, mereka dibantu 2 tenaga produksi. Mesin produksi Maksindo ini bukan hanya mempercepat dalam proses pembuatannya saja, namun hasil yang terlihat juga sangat memuaskan bagi Narwoto.
“Dulu saya sampai tengah malam baru bisa tidur kalau lagi bikin cheese stick. Sekarang baru tengah hari udah 1 karung dan usah di kemas,” tutur Narwoto
Target pasar yang diincar oleh Narwoto adalah kalangan menengah ke atas. Kalangan menengah keatas dianggap lebih cocok terhadap makanan-makanan ringan seperti ini. Berbeda dari kalangan menengah kebawah, mereka merasa asing dengan rasa cheese stick dan juga mereka tidak tertarik membeli makanan ringan karena lebih terdorong membeli makanan besar. Terlebih lagi kalangan menengah ke atas dianggap tidak terlalu memikirkan harga dibandingkan dengan rasa. Harga yang dipatok hanya Rp 10.000 per bungkus dengan takaran 3 ons. Harga ini dirasa sangat murah bagi kalangan menengah ke atas tersebut.
Pemasaran cheese stick Narnia juga tidak memasang iklan di media atau pun membuat promosi dengan selembaran. Kedua pasangan Sunda ini hanya memanfaatkan informasi dari mulut ke mulut para pelanggannya. Mereka yakin jika seorang pelanggan sudah mencoba cheese stick buatannya, maka akan membuat mereka ketagihan dan ingin terus membeli produk dagangannya. Bukan hanya itu, para pelanggannya juga pasti akan menyebarkan informasi ke kerabat dekatnya produk Narnia yang digemarinya itu. Bermodal keyakinan itu pelanggan yang memesan chesee stick Narnia saat ini terus bertambah.
Menurut pengakuan beberapa pelanggannya, rasa cheese stick buatan Narnia sungguh terasa bumbunya. Terang saja, Nia selaku istri Narwanto tidak pernah tanggung memberi bumbu pada produk andalannya tersebut. Bukan hanya itu, minyak yang digunakan dalam menggoreng bukan minyak curahan biasa namun minyak kemasan berkualitas. Kedua hal tersebut dianggap sebagai kelebihan produk mereka dan terbukti lebih laris dijual di pasaran.
“Kita ga pernah pelit bumbu. Bumbu itu yang bikin enak dari cheese stick. Minyak juga berpengaruh. Kalau pakai minyak curah, hasilnya kurang garing dan kurang nikmat,” jelas Nia istri Narwoto.
Kementrian sosial, Pertamina, PT. El Nusa, mereka salah satu pelanggan yang selalu setia memesan cheese stick buatan Narwoto. Narwanto juga menyebar produk asli tangannya ini ke kantin-kantin kantor dan juga hampir seluruh koperasi Sukatani. Menurut pengakuannya, Sukatani menjadi target pasar utamanya. Seluruh daerah Sukatani memang sudah mengenal cheese stick Narnia produksi Narwanto. Hampir setiap acara yang diadakan di Sukatani, cemilan wajib pada acara tersebut adalah cheese stick Narnia.
Untuk proses pemesanannya, bisa kita datang langsung ke kediaman Narwoto atau bisa melalui telepon beliau. Untuk pemesanan melalui telepon, mereka mematok target dalam jumlah besar saja. Jika pesanan minimal sekitar 30-50 bungkus, mereka akan membuat pesanan tersebut dan mengantarkan langsung kepada pelanggan. Narwoto sendiri pula lah yang akan mengantarkan produk dagangannya tersebut.
Narwoto dahulu sebanarnya sudah memproduksi kripik pisang. Namun, hasil penjualannya kurang memuaskan dibandingkan dengan produk cheese stick yang saat ini menjadi andalan. Meski kripik pisang kurang pamor dari pada cheese stick, Bapak mantan sales keliling ini tetap mempertahankan dan terus berinovasi dalam memproduksi kripik pisangnya.
Kini pasangan bisnis ini sudah memiliki 4 produk Narnia.Selain kripik pisang dan cheese stick keju, ada pula cheese stick bawang dan pangsit rasa udang. Dengan membuat 4 produk ini, mereka yakin bahwa para pelanggan lebih tertarik mencoba berbagai cemilan yang di produksinya. Selain lebih banyak pilihan, mereka juga berharap dapat menjangkau banyak pelanggan karena pasti ada beberapa yang tidak menyukai keju dan lebih meyukai kripik pangsit ataupun sebaliknya. Berbagai variasi yang mereka tawarkan juga dianggap cemilannya bukan hanya sekedar makanan ringan saja, tetapi cocok sebagai pendamping lauk nasi. (Tri Deny Tr)