Brand Flamboyan Hingga ke Italia
Brand Flamboyan Hingga ke Italia
Riyati Kromodisono Pengusaha Cheese Stick dan Keripik Bawang Bekasi ini memutuskan untuk meneruskan usaha keluarganya yang sempat terhenti lima tahun silam. Usaha camilan yang diperuntukkan bagi penyuka asin ini baru kembali berjalan sejak Maret 2013. Adalah Flamboyan, yang diambil dari nama jalan tempat ia bermukim. Flamboyan merupakan Brand kudapan cheese stick dan keripik bawang milik Riyati dan keluarga .
Sepuluh tahun silam, usaha cheese stick dijalankan sang ibu, selagi ia masih mengenyam pendidikan. Namun, begitu seluruh anak sudah dewasa, sang ibu memutuskan untuk menghentikan bisnis ini. Hingga di tahun 2013, Riyati yang juga memiliki usaha roti, didatangi oleh tim Indofood dan Bogasari untuk keperluan usaha rotinya. Kebetulan tim tersebut mencoba camilan cheese stick dan keripik bawang, yang saat itu dibuat hanya untuk keperluan pribadi. “Mereka suka dan minta saya untuk produksi. Kebetulan juga sudah ada permintaan dari teman kantor saya,” ungkapnya.
Riyati yang juga seorang karyawan di bilangan Sudirman, Riyati yang juga seorang karyawan di bilangan Sudirman, Jakarta mulai serius menggarap usaha ini, salah satunya dengan memberikan brand agar lebih dikenal masyarakat. Tah hanya itu, ia juga mulai membuat logo untuk produknya. Masalah harga, Riyati mematok Rp 16.000 untuk keripik bawang, sedangkan Rp 17.000 untuk cheese stick dengan kemasan 250 gram.
Ketika baru membuka usaha ini, pesanan dalam satu harinya bisa sampai 45 kemasan. Saat itu ia belum memiliki karyawan, hanya diproduksi oleh Riyati dan sang ibu. Akhirnya, ketika pesanan sudah bertambah banyak ia memutuskan mempekerjakan ibu rumah tangga yang masih bermukim di kompleks Taman Rahayu Regency Bekasi. Hingga suatu hari ia sempat kewalahan pesanan yang mencapai 80 bungkus per harinya. Dengan modal Rp 10 juta, Riyati memutuskan untuk membeli Mesin Cetak Mie MKS 200 dari Toko Mesin Maksindo.
“Waktu masih pakai alat penggiling mie manual, tiga karyawan sama yang bekerja dari pukul 8 sampai 5 sore, hanya mampu memproduksi 20 kg. Setelah memakai mesin jelas ada penambahan, jadi 25 kg per hari,” ungkapnya
Kini, usaha wanita yang hobi memasak ini sudah terlihat hasilnya. Dalam satu bulan, produk tanpa bahan pengawet ini mampu terjual hingga 700 kemasan yang tersebar di Jabotabek, Bondowoso, Malang, Yogyakarta, Bali, hingga ke Italia. “Rencana saya ke depan sih saya mau dapat sertifikat halal dari MUI dan sedang proses untuk mendapat perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) biar bisa dijual di supermarket. Biar bisa menciptakan lapangan pekerjaan,” harapnya. (Tri Deny Tr)